Transparent Sexy Pink Heart

Panda

Jumat, 18 Desember 2015

Tugas 5 Bahasa Indonesia : Nilai Tukar Uang di Indonesia




Nilai tukar mata uang rupiah cenderung menurun belakangan bahkan selama enam bulan pertama tahun 2015 terdepresiasi sekitar 5-6%. Dalam perdagangan Selasa (07/07), rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.280 untuk US$1, yang melampui asumsi dari APBN Perubahan 2015 sebesar Rp12.500 yang telah beberapa kali direvisi dari patokan sebelumnya Rp11.900. Kurs itu oleh pengamat pasar uang Farial Anwar disebut tidak sehat. Setidaknya dua faktor, eksternal dan internal, berkontribusi terhadap turunnnya mata uang rupiah. Staf khusus Kementerian Keuangan, Arif Budimanta, menyebut nilai rupiah turun karena mata uang dolar Amerika Serikat menguat di tengah peningkatan pertumbuhan ekonomi dan antisipasi kenaikan suku bunga di negara itu. "Dan kita tahu fenomena super dolar itu tekanannya tidak hanya terjadi pada nilai tukar rupiah tetapi hampir kepada seluruh mata uang dunia, termasuk euro." Permintaan dolar Image caption Gebrakan ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang semula ditunggu-tunggu, belum terealisasi. Yang juga mendasar adalah faktor internal walaupun selama ini pemerintah cenderung mengedepankan faktor penguatan dolar.
"Di dalam negerinya faktor neraca transaksi berjalan kita dari tahun ke tahun mengalami defisit. Yang kedua, neraca perdagangan kita beberapa tahun sebelum ini cenderung mengalami defisit, walaupun tahun ini sudah mulai positif. "Tetapi bukan karena peningkatan ekspor, melainkan karena penurunan impor. Masalahnya, walaupun neraca perdagangannya positif tetapi devisanya tidak masuk di dalam negeri. Devisanya oleh para eksportir diparkir di luar," jelas pengamat pasar uang Farial Anwar.
Ditambahkan oleh Farial Anwar, kondisi tersebut diperburuk oleh peningkatan permintaan dolar Amerika Serikat. "Untuk impor dan yang kedua untuk membayar utang valuta asing karena sekarang hampir sebagian besar utang valuta asing sektor swasta yang totalnya US$167 miliar, sebagian besar tidak di-hedge (tidak dilindungi nilainya). Hanya sekitar 24% yang di-hedge. "Sehingga mereka menjadi panik ketika dolarnya naik jadi terjadi pembelian di pasar spot.” Penurunan ini bisa dipahami sebab hingga kini pengeluaran pemerintah masih bermasalah. Kinerja belanja negara selama enam bulan tahun 2015 diperkirakan baru terserap 39% dari total alokasi anggaran Rp 1.984 triliun dalam APBNP. Sementara rupiah masih merosot, para pedagang valuta asing tidak berani menumpuk dolar.



Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar